Menikmati
keindahan kembang api dalam suatu perayaan menjadi kenikmatan tersendiri untuk
menghibur hati.dikota kecil kami seperti Tanjung Selor Ini, perayaan kembang
api dalam skala besar biasanya hanya terjadi pada tiga perayaan besar saja
yakni malam menjelang Idul Fitri, malam pergantian Tahun dan perayaan Imlek,
yang terakhir ini terbilang baru dilaksanakan beberapa tahun yang lalu.
Semangat
imlek yang dibawa pada tahun ular air ini sejatinya sama pada perayaan-perayaan
imlek tahun lalu, selalu di suguhkan dengan kemeriahan kembang api. Dulu
perayaan Imlek biasanya hanya dirayakan secara sederhana oleh komunitas
tionghoa di Bulungan, semenjak Presiden Abdurrahman Wahid menjadikan imlek sebagai
perayaan dalam almanak tanggal merah di Indonesia, imlek yang dulunya tertutup
menjadi lebih terbuka dan ceria.
Di
Tanjung Selor hal tersebut juga disambut oleh komunitas tionghoa yang juga
ternyata mendapat tempat dimasyarakat. Bahkan para pelaut yang kebetulan mampir
di dermaga kota kecil ini menyatakan imlek yang dilaksanakan di tanjung selor
selalu meriah bila dibanding di Surabaya, menurut mereka “orang Tanjung” lebih
terbuka punya toleransi yang tinggi antar pemeluk beragamapun demikian dengan komunitas
Tionghoa.
Masyarakat
Tionghoa yang lama tertutup mulai membuka diri dan menjadikan perayaan imlek
menjadi bagian dari perayaan yang tak hanya dinikmati dikalangan mereka, mereka
mulai membuka diri dengan mengadakan pawai tahunan, pesta kembang api yang
melibatkan masyarakat serta menyajikan tarian barongsai dan liong
dipersembahkan kepada masyarakat tanjung selor sebagai wujud persatuan dan
pembauran dimasyarakat dan masyarakat Tanjung Selorpun sudah lama menerima
mereka dengan tangan terbuka bahkan sejak beberapa abad yang lalu.
Pada
perayaan Imlek dan Cap Go Meh inilah, masyarakat tionghoa menumpahkan perasaan
syukur dan pengharapan mereka agar senantiasa hidup berdampingan dengan rasa
damai dan cinta dan terhindar dari kejadian-kejadian buruk dimasa mendatang.
Kembali
ke perayaan kembang api, suasana malam itu tanggal 16 Februari 2013, memang
cukup padat lampion dipasang memagari kota, namun keseluruhan acara dipusatkan
dikawasan pecinan lama, ini bisa dilihat dari banyaknya lampion berwarna merah
keemasan yang dipajang sepanjang jalan dari samping kantor Perusda lama hingga
ke toko batu yang melewati kelenteng Tae Pek Kong. Suasana meriah sehingga
jalan terpaksa ditutup dikawasan dekat pinggir sungai kayan itu. Selain kawasan
pinggir sungai kayan itu merupakan kawasan pecinan lama, juga menjadi kebiasaan
bahwa kembang api yang diletupkan dalam skala besar harus ditembakkan dari
sungai kayan, biasanya dibawa diatas kapal. Suasana meriah tak hanya menghiasi
kota Tanjung Selor, kembang api juga menciptakan kesan indah malam itu
dirasakan di Tanjung Palas, kota lawas dimasa Kesultanan Bulungan yang
berhadapan dengan Tanjung Selor.
Saya dan
seorang sahabat yang membawa serta beberapa keponakannya turut menikmati sajian
keindahan letupan kembang api dari atas dermaga, agak luas daya pandang yang
saya dapat untuk menikmati kembang api di tahun ular air ini, bagi saya menikmati
kembang api seperti cukup menghibur diri, untuk sebuah kota pelabuhan kecil
seperti tanjung selor ini, menikmati suguhan kembang api memang menyenangkan.
(zee)