Kamis, 18 April 2013

Opini: Keterlambatan UAN, lelucon di Bulan April.


(Ujian Akhir Nasional, mudahan ditahun mendatang bisa lebih baik lagi)

Ada yang lucu sekaligus bikin miris hati, dipertengahan almanak bulan april ini, lucu karena kisah keterlambatan ini benar-benar baru terjadi dalam sejarah Indonesia, miris tentu saja karena masa depan ratusan ribu anak di indonesia dipertaruhkan kali ini.

Seperti lelucon di Bulan april dalam culture barat, kali ini Indonesia rupanya juga diserang wabah yang sama, hal yang seharusnya menjadi perhatian yang matang seperti penyelenggaraan UAN yang mempertaruhkan nasib banyak orang ini, ternyata prioritasnya tak dianggap sepenting persiapan Pemilu 2014, ditengah kesibukan yang luar biasa itu, penyelenggaraan UAN harus tertunda, hebatnya lagi tak salah-salah penundaan UAN bak tsunami menerpa 11 Provinsi diwilayah Kalimantan dan Indonesia timur.

Lelucon yang tak lucu

Seperti komedian yang  melucu ditengah krisis, lelucon yang dilontarkan para pembuat kebijakan  dibulan april ini jelas sekali terasa hambar, publik Indonesia disuguhkan dengan perdebatan-perdebatan politis yang justru membuat ruwet situasi, saling lempar kesalahan oleh masing-masing institusi baik negara maupun swasta menjadi topik pembicaraan hangat ditengah makin karutnya distribusi soal UAN.

Sebagai contoh ditempat saya saja, di Kabupaten Bulungan yang sebentar lagi bakal jadi Kaltara, UAN yang seharusnya dilaksanakan pada senin 15 april molor hingga kamis 18 April, molor lagi hingga diperkirakan senin 22 April 2013. Ini soal keterlambatan lembar ujian, belum termasuk tak serempaknya pelaksanaan UAN, bayangkan menurut kabar pada kamis 18 April ini akan dilaksanakan UAN hanya untuk SMK di Tanjung Selor, sedangkan diluar itu seperti SMU dan MA menyusul kemudian, kita jelas mengapresiasikan usaha pemerintah daerah untuk memenej persoalan ini, namun tetap saja rasa kecewa mendera murid-murid kami yang tak jadi melaksanakan UAN pada kamis itu. 

Kekecewaan juga dirasakan oleh pemerintah daerah seperti yang terang-terangan disuarakan oleh Walikota Samarinda yang mengkritik dengan keras kinerja pelaksanaan UAN tahun ini, beliau bahkan berujar Samarinda siap untuk mencetak soal UAN sendiri dan anggarannya dipersiapkan, terang sekali kicauan itu membuat para pembuat kebijakan di pusat merah kupingnya semerah plat mobil dinas.

Rasanya tak ada habisnya bila masalah ini dibicarakan terus menerus, maka berkaca pada keriuhan yang mendera UAN tahun ini, ada baiknya pihak-pihak yang bertanggung jawab segera mengevaluasi berbagai kesalahan-kesalahan yang terjadi agar tak terulang di tahun depan, mengingat tahun 2014 nanti masalah akan makin kompleks mengingat dekatnya waktu Pemilu dengan pelaksanaa Ujian Akhir Nasional itu.

Lalu bagaimana dengan isu agar Menteri Pendidikan mundur? Semua tergantung pada keputusan presiden, jika harus mundur beliau harus lapang dada menyerahkan kedudukannya pada yang lebih mampu, dan tentu saja keputusan tersebut harus cepat dan tepat dilakukan agar terhindar dari polemik “badai” yang bisa saja berhembus ditengah panasnya situasi persiapan Pemilu 2014, jika dipertahankan, maka beliau harus segera pula mengevaluasi dan menjadikan UAN 2014 sebagai program peringkat pertama demi menghindari kejadian yang sama seperti UAN 2013 ini, hal tersebut tentu saja menjadi batu ujian bagi Menteri pendidikan dan pihak-pihak yang menyertainya, agar “Lelucon bulan April” ini tak terjadi lagi ditahun mendatang. (zee)    

Selasa, 16 April 2013

Sudut Kota: 2013, Bomber Bulungan masih eksis.




Bila kawan senang berjalan-jalan sore, cobalah sejenak menikmati karya seni yang dipajang oleh beberapa Bomber Bulungan yang ternyata masih eksis untuk berkarya menghasilkan mahakarya grafiti di kota mungil Tanjung Selor ini.

Para Bomber kembali unjuk gigi.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat menulis menganai fenomena keberadaan beberapa karya seni - setidaknya anggapan oleh sebagian orang,- yakni sentuhan grafiti di beberapa tembok kota. Awalnya saya mengira kegiatan ini akan berakhir dengan sendirinya, tapi ternyata dugaan saya salah. Beberapa karya seni jalanan mulai muncul dengan warna-warni kreasi baru khas anak muda yang cendrung bermain dengan tektur nuansa yang segar dipandang mata.

Bila boleh menelaah, ada beberapa perbedaan nan mencolok dalam “galeri jalanan” yang disuguhkan kali ini, setidaknya yang masuk dalam sudut pandang saya. Yang pertama terlihat adalah kesan-kesan agak sangar mulai terkikis dalam grafiti yang muncul di pertengahan awal tahun 2013, banyaknya warna-warna yang berani diekspose menambah daya tarik tersendiri. Saya salut dengan komposisi warna dan berbagai kombinasi material yang digunakan, kesan akan seni yang tak “sembarang”, terlihat jelas dengan cukup bersihnya tembok yang digunakan sebagai kanvas, maksud saya tak ada kesan tak beratur, ini terlihat bagaimana para Bomber sengaja melapis dinding sehingga karya terdahulu tak tampak, sehingga tindis-menindis dalam karya baru dan lama dapat diminimalisir.

Guratan eksotis etnis mulai muncul dalam “pagelaran” kali ini, nuansa etnis berupa ukir Kalimantan manambah koleksi yang berharga dalam karya anak-anak muda ini, batasan-batasan mengenai dominasi gender tertentu juga sudah tak lagi tampak, cukup banyaknya grafiti yang bernuansa “pingky” yang khas Cewek cendrung Funy walau tak selalu terlihat feminim, seperti salah satu gambar yang menampilkan seorang gadis sedang berfose layaknya peman sepak bola wanita, kesan akan kebebasan persamaan gender terasa tertangkap mata, ada juga gambar Helo Kity yang semasa saya masih belia dulu, figur kartun ini cukup dikenal.

Saya juga tetap mendapat kesan “maskulin” yang cukup dalam karya, hanya saya kurang paham apa maksud membubuhkan gambar kepala seekor anjing herder, namun sebagai penikmat seni, saya anggap itu bagian dari kebebasan berkarya yang dimilki simpunya grafiti. Saya senang dengan figur karton Sonic alias si Landak biru secapat kilat, menyiratkan akan simbol bahwa pergerakan kehidupan yang semakin cepat dan kia harus mampu mengimbanginya jika tak ingin tergilas zaman.

Bila melihat inisial yang dipambang para bomber, jelas sekali selain cukup akur dalam berbagi “tembok”, mereka juga sepertinya tidak berasal dari kelompok yang sama, artinya ada beberapa kelompok komunitas, setidaknya itulah kesan yang tertangkap mata saya, cukup banyak juga dari pada tahun lalu, ada beberapa nama seperti Elite Grafity, STB Community Bulungan, dan lain sebagainya. 

Apakah mereka akan terus eksis sebagai “pekerja seni jalanan” seperti yang mereka tujukan kali ini? biarlah waktu yang berbicara. Sebagai penikmat seni, tentu saja karya-karya mereka akan terus dinantikan, gembrakan-gembarakan baru ditunggu selalu untuk memberikan warna tersendiri bagi sudut kota mungil yang cantik ini. (zee)

Grafity Bulungan Tahun 2013.