Jumat, 08 Februari 2013

Sudut Kota : Menelusuri Jejak-jejak Grafiti Kota Tanjung Selor.

(Grafiti, seni atau vandalisme? biarkan masyarakat yang menilainya}

Bicara soal grafiti, memang banyak hal yang menarik, ada yang mengelompokannya sebagai seni adapula yang tidak. Grafiti, bila merujuk pada pengertian sederhananya adalah coret-coretan pada dinding yang menguraikan berbagai komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan atau menggambarkan simbol, kata atau kalimat tertentu. Umumnya seorang Bomber, -istilah yang digunakan untuk menyebut seniman grafiti,- tidak menggunakan spidol atau atau kuas yang biasa di gunakan pada kanvas melainkan menggunakan cat semprot kaleng.

Grafiti dalam khazanah seni dunia sendiri menimbulkan perdebatan sengit, memang kegiatan melukis dinding sudah terjadi jauh sebelumnya, namun perkembangan yang sangat signifikan terjadi sekitar tahun 70-80 an disekitar Eropa dan Amerika. Grafiti sendiri memiliki banyak pengagum, pun demikian ia juga memiliki banyak musuh, mengapa? sebab grafiti oleh sebagian orang dipandang sebagai bentuk vandalisme atau perusakan pasilitas umum (publik) secara tak langsung, sehingga sudut-sudut kota terlihat kumuh. Bagi para seniman dan pengagum seni jalanan, grafiti merupakan bagian dari mahakarya dan penyampaian aspirasi sosial yang tak terdengar, melalui seni jenis ini, mereka menunjukan pada publik bahwa ada aspirasi dari kelompok marginal atau terpinggirkan yang patut didengar suaranya. Seni juga bagi para penggiat grafiti tak mengenal keterbatasan ruang dan waktu, tak mengenal batasan sosial kaya atau miskin, lebih jauh grafiti menurut mereka lebih dinamis daripada seni lukis lainnya.

Sedikit catatan, di Amerika grafiti yang awalnya menyebar secara cepat mulai diredam keberadaannya, karena dianggap sebagai bagaian dari pemicu perang antar Gang dan peningkatan kriminalitas sehingga beberapa negara bagian seperti San diego, California dan New York sudah menetapkan kegiatan tersebut sebagai tindakan ilegal. Tak semua memiliki pandangan yang sama, di Belanda atau bahkan di Kota Jogja (Indonesia) misalnya seni grafiti justru mendapat tempat tersendiri dan para senimannya diberi ruang untuk berkarya.

Untuk mengidentifikasi pola pembuatnya, para pengamat mengelompokan jenis kegiatan grafitisi dari sudut para pelakunya di bagi dua macam, yakni : 

Gang Grafiti, yaitu grafiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan suatu kelompok. Sama seperti perilaku singa yang kerap melakukan ekspedisi teritorial untuk menetapkan wilayah buruannya, perilaku yang sama dilakukan oleh pelaku grafiti ini, entah menulis nama geng, gabungan geng, para anggota kelompok maupun tulisan yang berbicara tentang kondisi dalam kelompok tersebut.

Kemudian ada juga yang disebut Tangging Grafiti, jenis grafiti ini umumnya bertujuan memperkenalkan seseorang atau sebuah kelompok tanpa ada unsur penetapan teritorial atau wilayah kekuasaan kelompok tertentu, karena jenis grafiti ini semakin banyak bertebaran disudut-sudut kota makin terkenallah para pelakunya, jenis ini bisa disebut sebagai seniman grafiti murni, karena umumnya mereka juga meninggalkan tangging atau tanda tangan tertentu yang mengidentifikasikan Bombernya atau kelompoknya.

Grafiti disudut-sudut kota Tanjung Selor.

Sejauh yang saya amati, kegiatan seniman jalanan seperti itu masih terbilang baru di Tanjung Selor, setidaknya dalam perkiraan saya baru terjadi dalam lima tahun terakhir ini. seniman-seniman grafiti di Tanjung selorpun tak banyak diketahui, saya lebih senang menyebutnya sebagai silent artis alias seniman pendiam, mengapa? karena disinyalir kegiatan tersebut dilakukan sebisa mungkin tanpa sepengetahuan banyak orang, mungkin saja mereka beroperasi di malam hari. Hal itu bukan tanpa alasan, selain karena tak banyak tembok yang dapat digunakan, coret-coretan seperti itu juga dipandang sebagian orang terlihat seperti kegiatan vandalisme daripada sebuah karya seni, maklumlah di Tanjung Selor hal seperti itu tak selalu dapat diapresiasi. 

Dinding pertama dan paling menonjol bagi saya terlihat pada dinding yang terdapat pada sisi luar SDN 1 tanjung selor (di jalan Manggis), wilayah itu memang cendrung sunyi dimalam hari. Saya pribadi mengingat betul kemunculan grafiti ditempat itu awalnya hanya sedikit lama-kelamaan makain memenuhi tembok dari ujung ke ujung. Eksprasi seni yang saya perhatikan dalam lukisan ditembok itu cendrung berbicara tentang perasaan seseorang atau memperkenalkan kelompok tertentu, nampaknya grafiti jenis ini termasuk Tangging Grafiti, paling tidak saya peribadi tak menemukan nuansa ancaman atau penetapan teritorial yang menjurus pada kegiatan geng kriminal, hanya terdapat kesan anak-anak muda yang mencoba mengekspresikan perasaannya dalam bentuk grafiti, setidaknya kesan pertama itulah yang saya dapatkan.

Adapula yang terdapat pada tembok didepan SDN 5 tanjung Selor, kesan seni yang dihasilkan cendrung terlihat lebih halus, saya pikir pelakunya sudah pada tingkatan ahli, garis-garis yang dilekatkan pada tembok tersebut terlihat lebih lembut bila dibandingan pada tembok yang di luar SDN 1 tersebut. Hanya saja pada tembok yang terdapat didepan SDN 5 itu, saya tak merasakan kesan ekspresi grafiti, lebih terlihat bagi saya seperti seorang pelukis yang memindahkan hasil karyanya dari kanvas ke tembok kota, tak ada pesan sosial atau ekspresi pribadi yang digambarkan pada tembok itu melainkan hanya seperti lukisan yang terlihat menarik saja, bagi sebagain orang mungkin mereka lebih menyenangi bentuk grafiti yang demikan. Setidaknya itulah pandangan saya.

Bagimanapun itu, grafiti sangat mungkin dimasa mendatang akan lebih banyak lagi bertebaran, dan para senimannya akan semakin berani dalam  berkarya, sesuai dengan laju pertumbuhan daerah urban di kota, jika tak dipantau bisa saja gesekan antara para seniman jalanan tersebut dengan para pembuat kebijakan tata kelola kota mungkin akan lebih besar nantinya. (Zee)    

Beberapa Gambar Grafiti di Sudut2 Kota Tanjung Selor.

Tidak ada komentar: