Sabtu, 09 November 2013

Memori : Bekebun ....


Sebelum keluarga kami tinggal di wilayah Sabar Baru, saya dulu tinggal dikawasan Tanjung harapan, atau gunung kalau orang tanjung menyebutnya. Lama tak dilihat suasana bekas rumah mungil kami dulu jadi kebun yang cukup rimbun. 

Foto - foto ini saya ambil sekitar bulan April 2012 lalu, maklumlah sebelumnya rumah lama sudah dirobohkan dan akan dibangun lagi rumah baru yang agak besar di tahun 2013 ini, tempat tersebut penuh dengan macam-macam pokok buah, saya senang sekali dengan foto yang dikumpulkan ini, bukan apa, jarang sekali sebenarnya kami bersaudara bisa kumpul bareng dikebun seperti ini dengan abah. (zee)

Galeri Kebun kami ....



Minggu, 27 Oktober 2013

Memori : Banjir di Tanjung Selor

Saya jadi ingat, dulu waktu kecil kalau Tanjung Selor lagi banjir biasanya kami mandi-mandi disana, lucu memang tapi begitulah salah satu kesenangan orang Tanjung Selor jaman itu.

Mandi banjir sebenarnya bukan ritual tahunan, karena banjir kecil seperti itu sangat jarang terjadi, entah siapa yang memulai, tapi yang jelas banjir seperti ini memang jadi hiburan di kota kami yang kecil ini.

Sayangnya saya lupa kapan momen ini terjadi tapi yang saya ingat dulu, lokasi foto pertama, diambil didepan kantor bupati lama, persis didekat totem-totem alias patung ukiran Dayak bersejarah itu, sayangnya totem-totem itu sudah lama ga dirawat lagi, lokasi kedua di depan patung rusa yang nasibnya sama dengan totem-totem Dayak tadi, hanya saja saat ini agak terawat, walaupun ada beberapa bagian yang sudah sangat rusak. 

Cukup lama sekali ada patung rusa atau orang sini menyebutnya pelanduk yang dipahat di pertigaan jalan dekat kantor BPD Kaltim waktu itu, nongkrong disitu, lucunya kepalnya dibuat menoleh kebelakang, saya bersyukur sempat mengabadikan momen tersebut. Setidaknya sebagai bagian dari ingatan kota. (zee)

Rabu, 17 Juli 2013

Budaya: Selayang Pandang Seni Mamanda.


Diberbagai daerah di Nusantara, seni panggung beraneka ragam bentuk dan rupanya, ada Ketoprak dan Ludruk dari tanah Jawa, orang Betawi dengan Lenongnya, Dul Muluk atau Tonil Melayu yang dahulu banyak ditemukan dipesisir Sumatra, dan Mamanda yang menjadi ikon budaya seni panggung di Kalimantan.

Bicara tentang Mamanda, tampaknya tak dapat dilepaskan dari pengaruh seni yang berkembang di Kalimantan Selatan, khususnya dimasa Kesultanan Banjar. Mamanda berasal dari kata “mama” yang berarti “paman atau pakcik” dan kata “nda” sebagai morfem terikat yang berarti terhormat. Jika digabung, mamanda berarti “paman yang terhormat”. Kata paman merupakan kata sapaan dalam sistem kekerabatan masyarakat Banjar. Sapaan ini berlaku untuk orang yang dianggap seusia dengan abah atau orang tua. Istilah tersebut juga kerapkali digunakan oleh seorang Sultan ketika menyapa mangkubumi dan atau wazirnya dengan sebutan “Mamanda Mangkubumi” atau “Mamanda Wazir”.

Dalam kesenian mamanda, tokok-tokoh diperankan oleh sosok seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir (penasehat kerajaan), Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan Kedua, Khadam (Badut / Ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri). Seperti kesenian tradisional pada umumnya, mamanda merupakan ekspresi kesenian yang memperlihatkan sisi karakter pada setiap lakon yang dipentaskan. Para pemainnya ada yang berperan sebagai tokoh utama dan adapula sebagai tokoh pendukung. Peran pemain tokoh utama harus ada pada setiap pertunjukan.

Dalam pementasannya seni mamanda selalu diiringi lagu, tarian dan berbalas pantun. Nyayian dalam pementasan mamanda pada dasarnya memang bukanlah lagu yang sedang tren saat ini, nyanyian itu memang lebih mirip dengan berbalas pantun dengan irama yang khas, dalam seni mamanda ini nyanyian diberi istilah Baladun.

Memainkan mamanda sendiri tata panggungnya tak terlalu ribet, properti yang digunakan cukuplah meja dan kursi untuk persidangan karakter raja, hanya hiasan saja memang agak merepotkan dengan stelan khas kerajaan / bangsawan, namun disitulah letak kekhasan teater tradisional seperti mamanda ini.

Uniknya tradisi lakon panggung ini ternyata juga dibawa oleh perantau Banjar dimana mereka berada. Mamanda tak hanya berkembang dikemudian hari di tanah Banjar saja, dipesisir Kalimantan Timur mamanda juga sempat berkembang bahkan hingga ke Tambilahan, Riau tempat komunitas Banjar menetap disana. Bahkan di Samarinda, mamanda sempat dikenal dengan nama Sandima, atau kepanjangan dari Sandiwara Mamanda, ditahun 70-an Sandima berkembang sangat pesat di kota tersebut.

Mamanda Bulungan, seperti apakah rupanya? 

Apakah mamanda Bulungan khas menggunakan bahasa Bulungan dalam dialognya atau menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa pengantar?, Begitulah pertanyaan yang menarik bagi penulis, mamanda Bulungan sendiri tak banyak terekspose dengan baik, penulis sendiri masih mencoba mendalami informasi mengenai hal tersebut, insya Allah akan dibahas dalam tulisan berikutnya, namun sejauh yang dapat kita ketahui kesenian ini memang sudah eksis di Bulungan setidaknya di abad ke -19 M. (zee).

Sumber rujukan : Radar Tarakan, Minggu 18 November 2012.

Kamis, 18 April 2013

Opini: Keterlambatan UAN, lelucon di Bulan April.


(Ujian Akhir Nasional, mudahan ditahun mendatang bisa lebih baik lagi)

Ada yang lucu sekaligus bikin miris hati, dipertengahan almanak bulan april ini, lucu karena kisah keterlambatan ini benar-benar baru terjadi dalam sejarah Indonesia, miris tentu saja karena masa depan ratusan ribu anak di indonesia dipertaruhkan kali ini.

Seperti lelucon di Bulan april dalam culture barat, kali ini Indonesia rupanya juga diserang wabah yang sama, hal yang seharusnya menjadi perhatian yang matang seperti penyelenggaraan UAN yang mempertaruhkan nasib banyak orang ini, ternyata prioritasnya tak dianggap sepenting persiapan Pemilu 2014, ditengah kesibukan yang luar biasa itu, penyelenggaraan UAN harus tertunda, hebatnya lagi tak salah-salah penundaan UAN bak tsunami menerpa 11 Provinsi diwilayah Kalimantan dan Indonesia timur.

Lelucon yang tak lucu

Seperti komedian yang  melucu ditengah krisis, lelucon yang dilontarkan para pembuat kebijakan  dibulan april ini jelas sekali terasa hambar, publik Indonesia disuguhkan dengan perdebatan-perdebatan politis yang justru membuat ruwet situasi, saling lempar kesalahan oleh masing-masing institusi baik negara maupun swasta menjadi topik pembicaraan hangat ditengah makin karutnya distribusi soal UAN.

Sebagai contoh ditempat saya saja, di Kabupaten Bulungan yang sebentar lagi bakal jadi Kaltara, UAN yang seharusnya dilaksanakan pada senin 15 april molor hingga kamis 18 April, molor lagi hingga diperkirakan senin 22 April 2013. Ini soal keterlambatan lembar ujian, belum termasuk tak serempaknya pelaksanaan UAN, bayangkan menurut kabar pada kamis 18 April ini akan dilaksanakan UAN hanya untuk SMK di Tanjung Selor, sedangkan diluar itu seperti SMU dan MA menyusul kemudian, kita jelas mengapresiasikan usaha pemerintah daerah untuk memenej persoalan ini, namun tetap saja rasa kecewa mendera murid-murid kami yang tak jadi melaksanakan UAN pada kamis itu. 

Kekecewaan juga dirasakan oleh pemerintah daerah seperti yang terang-terangan disuarakan oleh Walikota Samarinda yang mengkritik dengan keras kinerja pelaksanaan UAN tahun ini, beliau bahkan berujar Samarinda siap untuk mencetak soal UAN sendiri dan anggarannya dipersiapkan, terang sekali kicauan itu membuat para pembuat kebijakan di pusat merah kupingnya semerah plat mobil dinas.

Rasanya tak ada habisnya bila masalah ini dibicarakan terus menerus, maka berkaca pada keriuhan yang mendera UAN tahun ini, ada baiknya pihak-pihak yang bertanggung jawab segera mengevaluasi berbagai kesalahan-kesalahan yang terjadi agar tak terulang di tahun depan, mengingat tahun 2014 nanti masalah akan makin kompleks mengingat dekatnya waktu Pemilu dengan pelaksanaa Ujian Akhir Nasional itu.

Lalu bagaimana dengan isu agar Menteri Pendidikan mundur? Semua tergantung pada keputusan presiden, jika harus mundur beliau harus lapang dada menyerahkan kedudukannya pada yang lebih mampu, dan tentu saja keputusan tersebut harus cepat dan tepat dilakukan agar terhindar dari polemik “badai” yang bisa saja berhembus ditengah panasnya situasi persiapan Pemilu 2014, jika dipertahankan, maka beliau harus segera pula mengevaluasi dan menjadikan UAN 2014 sebagai program peringkat pertama demi menghindari kejadian yang sama seperti UAN 2013 ini, hal tersebut tentu saja menjadi batu ujian bagi Menteri pendidikan dan pihak-pihak yang menyertainya, agar “Lelucon bulan April” ini tak terjadi lagi ditahun mendatang. (zee)    

Selasa, 16 April 2013

Sudut Kota: 2013, Bomber Bulungan masih eksis.




Bila kawan senang berjalan-jalan sore, cobalah sejenak menikmati karya seni yang dipajang oleh beberapa Bomber Bulungan yang ternyata masih eksis untuk berkarya menghasilkan mahakarya grafiti di kota mungil Tanjung Selor ini.

Para Bomber kembali unjuk gigi.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat menulis menganai fenomena keberadaan beberapa karya seni - setidaknya anggapan oleh sebagian orang,- yakni sentuhan grafiti di beberapa tembok kota. Awalnya saya mengira kegiatan ini akan berakhir dengan sendirinya, tapi ternyata dugaan saya salah. Beberapa karya seni jalanan mulai muncul dengan warna-warni kreasi baru khas anak muda yang cendrung bermain dengan tektur nuansa yang segar dipandang mata.

Bila boleh menelaah, ada beberapa perbedaan nan mencolok dalam “galeri jalanan” yang disuguhkan kali ini, setidaknya yang masuk dalam sudut pandang saya. Yang pertama terlihat adalah kesan-kesan agak sangar mulai terkikis dalam grafiti yang muncul di pertengahan awal tahun 2013, banyaknya warna-warna yang berani diekspose menambah daya tarik tersendiri. Saya salut dengan komposisi warna dan berbagai kombinasi material yang digunakan, kesan akan seni yang tak “sembarang”, terlihat jelas dengan cukup bersihnya tembok yang digunakan sebagai kanvas, maksud saya tak ada kesan tak beratur, ini terlihat bagaimana para Bomber sengaja melapis dinding sehingga karya terdahulu tak tampak, sehingga tindis-menindis dalam karya baru dan lama dapat diminimalisir.

Guratan eksotis etnis mulai muncul dalam “pagelaran” kali ini, nuansa etnis berupa ukir Kalimantan manambah koleksi yang berharga dalam karya anak-anak muda ini, batasan-batasan mengenai dominasi gender tertentu juga sudah tak lagi tampak, cukup banyaknya grafiti yang bernuansa “pingky” yang khas Cewek cendrung Funy walau tak selalu terlihat feminim, seperti salah satu gambar yang menampilkan seorang gadis sedang berfose layaknya peman sepak bola wanita, kesan akan kebebasan persamaan gender terasa tertangkap mata, ada juga gambar Helo Kity yang semasa saya masih belia dulu, figur kartun ini cukup dikenal.

Saya juga tetap mendapat kesan “maskulin” yang cukup dalam karya, hanya saya kurang paham apa maksud membubuhkan gambar kepala seekor anjing herder, namun sebagai penikmat seni, saya anggap itu bagian dari kebebasan berkarya yang dimilki simpunya grafiti. Saya senang dengan figur karton Sonic alias si Landak biru secapat kilat, menyiratkan akan simbol bahwa pergerakan kehidupan yang semakin cepat dan kia harus mampu mengimbanginya jika tak ingin tergilas zaman.

Bila melihat inisial yang dipambang para bomber, jelas sekali selain cukup akur dalam berbagi “tembok”, mereka juga sepertinya tidak berasal dari kelompok yang sama, artinya ada beberapa kelompok komunitas, setidaknya itulah kesan yang tertangkap mata saya, cukup banyak juga dari pada tahun lalu, ada beberapa nama seperti Elite Grafity, STB Community Bulungan, dan lain sebagainya. 

Apakah mereka akan terus eksis sebagai “pekerja seni jalanan” seperti yang mereka tujukan kali ini? biarlah waktu yang berbicara. Sebagai penikmat seni, tentu saja karya-karya mereka akan terus dinantikan, gembrakan-gembarakan baru ditunggu selalu untuk memberikan warna tersendiri bagi sudut kota mungil yang cantik ini. (zee)

Grafity Bulungan Tahun 2013.


Kamis, 07 Maret 2013

Opini: Misteri 500 Buah Peluru Tajam Bulungan, Teroris atau Politik?


(Temuan 500 buah pucuk peluru yang digagalkan masuk Ke Bulungan, Publik perlu kejelasan)

Walaupun suasana Tanjung Selor adem anyem, jelas saja saya dibuat tergelak dengan kabar berita yang tak sedap sedang senter dibicarakan oleh sebagian orang saat ini, apa lagi jika bukan mengenai “ditemukannya” paket berisi tak kurang dari 500 buah butir peluru tajam ilegal yang rencananya diselundupkan dari Jakarta ke Tanjung Selor dalam beberapa buah paket yang disamarkan sebagai spare part melalui sebuah perusaahaan kargo.

Saya salut dengan kepolisian yang bergerak cepat mengamankan barang bukti, pun demikian juga dengan media massa yang berperan dalam memberitakan temuan penting ini, tentu saja bagi sebagian orang berita kriminal seperti ini biasa saja, toh sudah ada yang menanganinya, namun sesederhana itu kah? …

Terorisme atau Politik?

Tentu saja banyak hal yang begitu menggelitik saya ketika membaca berita tersebut melalui situs-situs online yang terpercaya tersebut, yang paling utama dipertanyakan adalah apa motif si pengirim menyelundupkan barang berbahaya itu ke Tanjung Selor?

Jika kepolisian begitu khawatir peluru-peluru itu jatuh ke tangan teroris, saya pun khawatir, namun jangan lupa pula tak lama lagi beberapa tahun kedepan Bulungan akan menjadi Ibu kota Kaltara, otomatis akan ada pemilihan Gubernur dan Bupati baru di daerah itu, apakah pandangan saya cukup jauh?, saya bukan orang yang suka dengan “Teori Konspirasi” namun kekhawatiran saya cukup beralasan.

Jelas sekali pengirim misterius itu tak begitu punya itikad baik, jika ia memiliki izin tentunya tak repot-repot memalsukan identitas barang, apalagi sipengirim tak dapat dihubungi lagi ponselnya, wajar saja timbul pertanyaan dikemudian hari, jika yang dikirim adalah 500 buah peluru laras panjang, maka berapa banyak jumlah pucuk Senjata Api yang disiapkan oleh orang atau kelompok tertentu yang menunggu kedatangan barang tersebut, mudah-mudahan saja kekhawatiran saya tak terjadi.

Namun seandainya boleh menghitung, jika satu “kamar peluru” mampu menampung setidaknya 20 butir, dan per orang memegang “kamar peluru” sebanyak dua buah, artinya tak kurang 20 hingga 25 senapan semi otomatis yang akan menjajal peluru kaliber 5,3 mm tersebut. Jumlah tersebut jelas cukup membuat “kegaduhan politik” yang tak diinginkan.

Berkacalah kejadian di Filipina beberapa tahun yang lalu dimana salah satu kadindat melalui kaki tangannya “memberondong” rombongan calon lawan politik dipemilihan tersebut. Ini adalah sebuah pelajaran berharga yang tak bisa dianggap remeh.

Satu butir peluru yang diletupkan oleh penembak misterius bisa menimbulkan “keriuhan” sesama masyarakat sipil, menimbulkan fitnah diantara penegak hukum dan angkatan bersenjata kita yang bertugas dikota kecil yang cinta damai ini.

Masyarakat Bulungan cinta damai, kami tak memerlukan para “Warlord-warlord” yang akan menganggu sendi kehidupan dan kedamaian tanah bertuah ini, jika benar itu berhubungan dengan politik, alangkah tak senonohnya mereka yang menggunakan “peluru tajam” itu guna memuluskan jalan ditampuk kekuasaan. Naudzubillahimindzalik ….

Lain dari itu, pun jika dikatakan peluru tersebut digunakan untuk berburu, menjaga tambak dan sarang burung, bisakah para pemilik memberikan jaminan bahwa tiap butir peluru berburu itu tak disalahgunakan untuk memburu manusia? Sejauh mana legalitas perizinan yang dimilikinya? dan Sejauh mana sipemilik lulus tes fisik dan kejiwaan? Itu juga menjadi pekerjaan rumah yang tak mudah bagi para penegak hukum kita.

Polisi saja sebagai pihak berwenang, menggunakan peluru tumpul untuk menjaga instalasi vital, dan TNI ditegaskan untuk disiplin untuk mempertanggung jawabkan tiap peluru yang digunakan baik dalam latihan dan bertugas, dihitung dan didata dengan cermat agar tak disalah gunakan. 

Jangankan memiliki peluru tajam 5,3 mm -berserta senjata entah itu semi atomatis berasal dari rakitan atau tidak-, memiliki senapan angin dengan kaliber 5,56 mm saja sudah “diharamkan” oleh penegak hukum, apalagi peluru tajam untuk senapan laras panjang itu. 

Saya berharap Kepolisian Republik Indonesia, baik di Jakarta maupun di Tanjung Selor bergerak cepat meminimalisir kekhawatiran yang berkembang, harus ada keberanian mengungkap modus operandi dan motif si pelaku, jika ia kurir siapa dalangnya, itu harus dikejar hingga tuntas walaupun seandainya mungkin akan menyentuh orang-orang tertentu dalam lingkaran kekuasaan di Kabupaten Bulungan. Kinerja Polisi kami tunggu. (Zee) 

Sumber acuan: 

http://www.merdeka.com/jakarta/pemilik-gerai-tiki-kaget-ada-paket-berisi-500-peluru.html

http://www.gatra.com/hukum/25151-polisi-buru-pemilik-paket-500-butir-peluru.html

http://www.beritasatu.com/megapolitan/99341-masih-misterius-pengirim-500-peluru-lewat-tiki.html

http://www.suarapembaruan.com/metropolitan/polisi-gagalkan-pengiriman-paket-500-butir-peluru/31444

http://www.beritasatu.com/hukum-kriminalitas/99046-polisi-temukan-paket-tiki-berisi-ratusan-peluru-tajam.html

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/02/26/mity24-500-butir-peluru-berkaliber-53-mm-ditemukan-dalam-paket-tiki

http://www.merdeka.com/jakarta/500-peluru-di-pulogadung-untuk-senpi-laras-panjang.html