(Ujian Akhir Nasional, mudahan ditahun mendatang bisa lebih baik lagi)
Ada
yang lucu sekaligus bikin miris hati, dipertengahan almanak bulan april ini,
lucu karena kisah keterlambatan ini benar-benar baru terjadi dalam sejarah Indonesia, miris tentu saja karena masa depan ratusan ribu anak di indonesia
dipertaruhkan kali ini.
Seperti
lelucon di Bulan april dalam culture barat, kali ini Indonesia rupanya juga
diserang wabah yang sama, hal yang seharusnya menjadi perhatian yang matang
seperti penyelenggaraan UAN yang mempertaruhkan nasib banyak orang ini,
ternyata prioritasnya tak dianggap sepenting persiapan Pemilu 2014, ditengah
kesibukan yang luar biasa itu, penyelenggaraan UAN harus tertunda, hebatnya
lagi tak salah-salah penundaan UAN bak tsunami menerpa 11 Provinsi diwilayah Kalimantan dan Indonesia timur.
Lelucon yang tak lucu
Seperti
komedian yang melucu ditengah krisis,
lelucon yang dilontarkan para pembuat kebijakan
dibulan april ini jelas sekali terasa hambar, publik Indonesia
disuguhkan dengan perdebatan-perdebatan politis yang justru membuat ruwet
situasi, saling lempar kesalahan oleh masing-masing institusi baik negara
maupun swasta menjadi topik pembicaraan hangat ditengah makin karutnya
distribusi soal UAN.
Sebagai
contoh ditempat saya saja, di Kabupaten Bulungan yang sebentar lagi bakal jadi
Kaltara, UAN yang seharusnya dilaksanakan pada senin 15 april molor hingga
kamis 18 April, molor lagi hingga diperkirakan senin 22 April 2013. Ini soal
keterlambatan lembar ujian, belum termasuk tak serempaknya pelaksanaan UAN,
bayangkan menurut kabar pada kamis 18 April ini akan dilaksanakan UAN hanya untuk SMK di Tanjung Selor,
sedangkan diluar itu seperti SMU dan MA menyusul kemudian, kita jelas
mengapresiasikan usaha pemerintah daerah untuk memenej persoalan ini, namun
tetap saja rasa kecewa mendera murid-murid kami yang tak jadi melaksanakan UAN
pada kamis itu.
Kekecewaan
juga dirasakan oleh pemerintah daerah seperti yang terang-terangan disuarakan
oleh Walikota Samarinda yang mengkritik dengan keras kinerja pelaksanaan UAN
tahun ini, beliau bahkan berujar Samarinda siap untuk mencetak soal UAN sendiri
dan anggarannya dipersiapkan, terang sekali kicauan itu membuat para pembuat
kebijakan di pusat merah kupingnya semerah plat mobil dinas.
Rasanya
tak ada habisnya bila masalah ini dibicarakan terus menerus, maka berkaca pada
keriuhan yang mendera UAN tahun ini, ada baiknya pihak-pihak yang bertanggung
jawab segera mengevaluasi berbagai kesalahan-kesalahan yang terjadi agar tak
terulang di tahun depan, mengingat tahun 2014 nanti masalah akan makin kompleks
mengingat dekatnya waktu Pemilu dengan pelaksanaa Ujian Akhir Nasional itu.
Lalu
bagaimana dengan isu agar Menteri Pendidikan mundur? Semua tergantung pada
keputusan presiden, jika harus mundur beliau harus lapang dada menyerahkan kedudukannya
pada yang lebih mampu, dan tentu saja keputusan tersebut harus cepat dan tepat
dilakukan agar terhindar dari polemik “badai” yang bisa saja berhembus ditengah
panasnya situasi persiapan Pemilu 2014, jika dipertahankan, maka beliau harus
segera pula mengevaluasi dan menjadikan UAN 2014 sebagai program peringkat
pertama demi menghindari kejadian yang sama seperti UAN 2013 ini, hal tersebut
tentu saja menjadi batu ujian bagi Menteri pendidikan dan pihak-pihak yang
menyertainya, agar “Lelucon bulan April” ini tak terjadi lagi ditahun
mendatang. (zee)