Selasa, 16 April 2013

Sudut Kota: 2013, Bomber Bulungan masih eksis.




Bila kawan senang berjalan-jalan sore, cobalah sejenak menikmati karya seni yang dipajang oleh beberapa Bomber Bulungan yang ternyata masih eksis untuk berkarya menghasilkan mahakarya grafiti di kota mungil Tanjung Selor ini.

Para Bomber kembali unjuk gigi.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat menulis menganai fenomena keberadaan beberapa karya seni - setidaknya anggapan oleh sebagian orang,- yakni sentuhan grafiti di beberapa tembok kota. Awalnya saya mengira kegiatan ini akan berakhir dengan sendirinya, tapi ternyata dugaan saya salah. Beberapa karya seni jalanan mulai muncul dengan warna-warni kreasi baru khas anak muda yang cendrung bermain dengan tektur nuansa yang segar dipandang mata.

Bila boleh menelaah, ada beberapa perbedaan nan mencolok dalam “galeri jalanan” yang disuguhkan kali ini, setidaknya yang masuk dalam sudut pandang saya. Yang pertama terlihat adalah kesan-kesan agak sangar mulai terkikis dalam grafiti yang muncul di pertengahan awal tahun 2013, banyaknya warna-warna yang berani diekspose menambah daya tarik tersendiri. Saya salut dengan komposisi warna dan berbagai kombinasi material yang digunakan, kesan akan seni yang tak “sembarang”, terlihat jelas dengan cukup bersihnya tembok yang digunakan sebagai kanvas, maksud saya tak ada kesan tak beratur, ini terlihat bagaimana para Bomber sengaja melapis dinding sehingga karya terdahulu tak tampak, sehingga tindis-menindis dalam karya baru dan lama dapat diminimalisir.

Guratan eksotis etnis mulai muncul dalam “pagelaran” kali ini, nuansa etnis berupa ukir Kalimantan manambah koleksi yang berharga dalam karya anak-anak muda ini, batasan-batasan mengenai dominasi gender tertentu juga sudah tak lagi tampak, cukup banyaknya grafiti yang bernuansa “pingky” yang khas Cewek cendrung Funy walau tak selalu terlihat feminim, seperti salah satu gambar yang menampilkan seorang gadis sedang berfose layaknya peman sepak bola wanita, kesan akan kebebasan persamaan gender terasa tertangkap mata, ada juga gambar Helo Kity yang semasa saya masih belia dulu, figur kartun ini cukup dikenal.

Saya juga tetap mendapat kesan “maskulin” yang cukup dalam karya, hanya saya kurang paham apa maksud membubuhkan gambar kepala seekor anjing herder, namun sebagai penikmat seni, saya anggap itu bagian dari kebebasan berkarya yang dimilki simpunya grafiti. Saya senang dengan figur karton Sonic alias si Landak biru secapat kilat, menyiratkan akan simbol bahwa pergerakan kehidupan yang semakin cepat dan kia harus mampu mengimbanginya jika tak ingin tergilas zaman.

Bila melihat inisial yang dipambang para bomber, jelas sekali selain cukup akur dalam berbagi “tembok”, mereka juga sepertinya tidak berasal dari kelompok yang sama, artinya ada beberapa kelompok komunitas, setidaknya itulah kesan yang tertangkap mata saya, cukup banyak juga dari pada tahun lalu, ada beberapa nama seperti Elite Grafity, STB Community Bulungan, dan lain sebagainya. 

Apakah mereka akan terus eksis sebagai “pekerja seni jalanan” seperti yang mereka tujukan kali ini? biarlah waktu yang berbicara. Sebagai penikmat seni, tentu saja karya-karya mereka akan terus dinantikan, gembrakan-gembarakan baru ditunggu selalu untuk memberikan warna tersendiri bagi sudut kota mungil yang cantik ini. (zee)

Grafity Bulungan Tahun 2013.


Tidak ada komentar: